Kamis, 24 Mei 2012

ASPEK KETUHANAN DALAM AGAMA TAO


ASPEK KETUHANAN DAN MANUSIA DALAM TAO 

Aspek Ketuhanan Dalam Agama Tao 

Orang-orang China sangat mempercayai adanya dewa-dewa dan roh-roh yang mendiami alam ini. Oleh karena itu, mereka memuja dan meminta pertolongan kepada dewa-dewa tersebut. Dalam Taoisme, sumber-sumber ketuhanan adalah Tao. Pada dasarnya, Tao diartikan sebagai “jalan” sebagaimana dijelaskan dalam Tao Te Ching dan buku-buku filsafat China. Dewa-dewa diartikan sebagai administrator dan birokrat yang dapat berbuat sesuatu jika mereka mau. Dalam Taoisme, Tao adalah yang menjadikan sesuatu yang tiada menjadi ada.Tetapi pengadaan ini tidak terlepas kaitannya antara Tao dengan Te. Te adalah kekuatan yang tidak kentara, daya kebajikan. Te adalah sesuatu yang menyebabkan segala sesuatu yang ada berupa seperti itu (keadaan). Contoh: Tao dan Te saling bertalian, keduanya tidak dapat terpisah. Tao ada sebelum adanya langit dan bumi. Tao merupakan sumber segala sesuatu, tetapi Tao bukan objek seperti objek-objek lainnya. Segala-galanya berasal darinya, tetapi dirinya tidak diasalkan. Tao berpedoman pada “spontanitas” (tzu jan). Semua yang terjadi di alam ini, terjadi dengan sendirinya tanpa ada campur tangan darimanapun. Terjadi sesuai dengan kodratnya.



Aspek Manusia Dalam Agama Tao 

1) Manusia dengan alam

Manusia sempurna adalah manusia yang menyelaraskan diri dengan alam. Manusia yang hidup harmonis dengan alam, harus memiliki prinsip Wu Wei (tidak berbuat), yaitu tidak melakukan yang bertentangan dengan alam atau berbuat tanpa dibuat-buat. Sikap dibuat-buat sangat berlawanan dengan ajaran Lao Tzu. Hiduplah dengan wajar, artinya hidup dengan mengikuti Te, hidup dalam kesederhanaan (p’u). Itu adalah gagasan penting Lao Tzu dan para penganut Taoisme.

Hidup menurut Te, maksudnya hidup di luar dari pemilahan baik-buruk. Oleh karena itu, Lao Tzu berkata: “Bila Tao hilang, ada Te. Bila Te hilang, ada kebajikan perikemanusiaan. Bila perikemanusiaan hilang, ada kebaikan perikeadilan. Bila perikeadilan hilang, ada ketentuan-ketentuan upacara. Ketentuan-ketentuan upacara merupakan cermin kemerosotan martabat kesetiaan serta sikap saling mempercayai, dan merupakan awal kekacauan di dunia.” Dalam hal ini, manusia telah kehilangan Te asli mereka. Mereka terlalu banyak memiliki keinginan, dan mencari cara untuk memenuhi keinginan tersebut. Semakin banyak keinginan, semakin menghilangkan perilaku yang benar.


2) Manusia dengan Tuhan

Karena adanya keterbatasan panca indera yang dimiliki oleh manusia, sehingga ada dorongan untuk mencari sosok pelindung yang dapat melindungi manusia yaitu sosok ‘penguasa alam’. Dan mulailah dilakukan pemujaan dan persembahyangan untuk memohon perlindungan. Namun pada perkembangan selanjutnya, muncullah sosok pemikir yang tidak puas dengan sebatas pemujaan dan ritual, dan mulailah manusia berusaha mengadakan hubungan yang bersifat lebih pribadi dengan penguasa alam, hingga kemudian manusia mengenal doa. 

1 komentar: